Jumat, 28 Juni 2013

PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal dan menjadi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Sebagai ilmu yang universal, matematika mendapatkan tempat yang strategis dalam struktur kurikulum pendidikan di tanah air, utamanya pada pendidikan dasar dan menengah, yakni sebagai mata pelajaran wajib  dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP 19 tahun 2005, pasal 7, ayat 4). Sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun tersebut, mata pelajaran matematika bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar berguna untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006:345).

Mencapai kebergunaan tersebut, maka ditetapkan rumusan tujuan pembelajaran matematika yang lebih rinci, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan  matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:346).

Pencapaian tujuan mata pelajaran matematika bagi peseta didik membutuhkan instrument yang memuat bahan atau isi pelajaran yang perlu dikuasainya. Sebagai pendukung pencapaian tersebut, maka dirumuskan standar isi kurikulum mata pelajaran matematika yang dijabarkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pada jenjang SMP dan yang sederjata, standar isi kurikulum mata pelajaran matematika memuat 17 standar kompetensi (SK) dan lebih lanjut dijabarkan ke dalam 49 kompetensi dasar (KD) untuk semua aspek bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, statistika dan peluang (Depdiknas, 2006:346-352).

1.2  RUMUSAN MASALAH
Kedudukan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika.

1.3  TUJUAN PEMBAHASAN
Bagaimana kedudukan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 MATEMATIKA
Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal dan menjadi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Sebagai ilmu yang universal, matematika mendapatkan tempat yang strategis dalam struktur kurikulum pendidikan di tanah air, utamanya pada pendidikan dasar dan menengah, yakni sebagai mata pelajaran wajib  dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP 19 tahun 2005, pasal 7, ayat 4). Sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun tersebut, mata pelajaran matematika bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar berguna untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006:345).

2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 PEMECAHAN MASALAH SEBAGAI SEBAGAI OBJEK DAN TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

Pemecahan masalah sebagai objek dalam pembelajaran matematika berarti memandang pemecahan masalah adalah sesuatu pengetahuan yang perlu dipelajari, dikonstruksi hingga menjadikannya sebagai pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik, dan pada kesempatan lainnya dapat digunakannya sebagai sarana mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kehidupannya sebagai siswa yang harus memecahkan masalah matematika atau masalah nyata lainnya. Ketika objek pembelajaran matematika ini dikuasai oleh siswa, ini berarti ssiwa telah memiliki kemampuan dalam hal pemecahan masalah. Yang demikian ini berarti pula tujuan pembelajaran matematika untuk objek matematika pemecahan masalah adalah agar siswa mencapai kemampuan pemecahan masalah.

Pemecahan masalah sebagai objek dan sekaligus sebagai tujuan dalam pembelajaran matematika menempatkannya sebagai sesuatu benda atau yang dibendakan, yang memuat pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang perlu diserap melalui proses berlatih memecahkan masalah matematika, yang kemudian pengalaman dan ketrampilan tersebut dapat digunakan untuk  memecahkan masalah lain yang memiliki cirri formal mirip, dan akhirnya secara nyata pengalaman tersebut digunakan lagi pada kesempatan lain untuk memecahkan masalah-masalah dalam situasi baru. Kesuksesan perilaku menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan pemecahan-pemecahan masalah tersebut merupakan kompetensi pemecahan masalah yang dicapai oleh para siswa. Jadi pemecahan masalah matematika sebagai objek pembelajaran matematika dipelajari untuk mencapai kompetensi pemecahan masalah matematika, yang merupakan tujuan pembelajaran pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah matematika perlu mendapatkan perhatian karena merupakan kemampuan yang diperlukan dalam belajar. Kemampuan pemecahan masalah matematika dapat mendorong siswa dalam belajar bermakna dan belajar kebersamaan, selain itu dapat membantu siswa dalam menghadapi permasalahan keseharian secara umum. Dengan demikian pemecahan masalah matematika memiliki peran yang cukup besar  bagi siswa. Akan tetapi kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran belum menjadi kegiatan utama sehingga masih banyak siswa yang merasa kesulitan dan merasa menderita menghadapi pemecahan masalah. Penyebab lain adalah pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, bahkan siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi yang disajikan oleh guru. Di samping itu, guru senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswa akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak akan terjadi. Anak akan belajar dengan cara menghapal, mengingat materi, rumus-rumus, defenisi, unsur-unsur dan sebagainya. Guru yang tidak lain merupakan penyampaian informasi dengan lebih mengaktifkan guru sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan sesekali siswa menjawab, guru memberikan contoh soal dilanjutkan dengan memberikan latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya nalar, kemudian guru memberikan penilaian. Menurut Hudojo (2003) menyatakan bahwa “kegiatan pembelajaran secara konvensional tidak mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran, koneksi dan komunikasi matematika siswa”.

2.2.2  PEMECAHAN MASALAH SEBAGAI TIPE BELAJAR MATEMATIKA
Sebagai tipe kegiatan belajar yang paling tinggi, pemecahan masalah merupakan kegiatan belajar yang tentunya melibatkan kegiatan-kegiatan belajar lainnya. Kegiatan pemecahan masalah matematika dapat dilakukan dengan melibatkan hasil dari tipe belajar lainnya, seperti belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan belajar lainnya. Hudojo (2005:125-126) mengemukakan bahwa melalui pemecahan masalah, maka siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah dan menjadi trampil dalam memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya.

Pemecahan masalah sebagai tipe belajar matematika merupakan kategori belajar matematika yang melibatkan dan mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan konseptual, aturan-aturan (prinsip), prosedur atau ketrampilan untuk memproses informasi. Pemecahan masalah yang mengintegrasikan konsep-konsep dan aturan-aturan, dalam prosesnya merupakan proses analitis dan sintesis agar dapat membangun kemampuan analitis dan menghasilkan ketrampilan yang lebih kompleks, yang dapat digunakan untuk menghadapi masalah baru.

Memperhatikan pemecahan masalah sebagai suatu keterampilan dasar dapat membantu kita mengorganisasikan spesifik mengajar keterampilan, konsep, dan pemecahan masalah kita setiap hari. Memperhatikan pemecahan masalah sebagai suatu proses dapat membantu kita menguji apa yang kita lakukan dengan keterampilan konsep, bagaimana keterampilan dan konsep berhubungan dengan masing-masing yang lain, dan apa yang keterampilan dan konsep memainkan dalam solusi berbagai masalah. Akhirnya, memperhatikan pemecahan masalah sebagai suatu tujuan dapat mempengaruhi semua yang kita lakukan dalam mengajar matematika dengan menunjukkan kepada kita tujuan lain untuk mengajar kita.

Masing-masing dari interpretasi ini penting, tetapi mereka berbeda. Apabila kita menemui istilah pemecahan masalah, kita dapat memperhatikan interpretasi (atau interpretasi-interpretasi) mana yang diharapkan. Pengertian multipel untuk istilah itu dapat dengan mudah diperankan seorang penulis dengan makna ganda dan seorang pembaca dengan keliru memahami pemecahan masalah juga memiliki banyak segi untuk kita selalu melihatnya dari sudut yang sama.

2.2.3 PEMECAHAN MASALAH SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Standar isi kurikulum pendidikan matematika di sekolah telah mengamanatkan pemecahan masalah merupakan kompetensi yang perlu dicapai sebagai tujuan pembelajaran matematika bagi peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar isi kurikulum mata pelajaran matematika merumuskannya ke dalam berbagai materi pelajaran dalam aspek bilangan, aljabar, geometrid an pengukuran, statistika dan pelang. Mengantarkan materi-materi matematika yang objeknya adalah pemecahan masalah, maka dibutuhkan pendekatan khusus, sehingga interaksi materi dengan peserta didik dapat berjalan lebih efektif.

Pendekatan pembelajaran matematika dalam Suherman (2001:70) dijelaskan sebagai upaya yang ditempuh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar konsep matematika yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Kata kuncinya adalah cara agar terjadi adaptasi antara materi pelajaran yang baru dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga menjadikan pengetahuan baru itu bermakna dan dapat membangun pengertian dalam benak siswa. Pendekatan pembelajaran perlu dalam proses pembelajaran karena untuk memperoleh pengetahuan, siswa perlu berinteraksi dengan materi pengetahuan dari sumber-sumber belajar yang ada. Interaksi tersebut membutuhkan suatu upaya yang memudahkan terjadinya proses penyerapan, pemrosesan, dan penyimpanan dalam memory siswa. Upaya-upaya ini yang disebut pendekatan pembelajaran, dan tentunya harus sesuai dengan karakteristik materi pelajaran atau objek matematika yang dipelajari.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan satu objek tak langsung dalam pembelajaran matematika. Pemecahan masalah merupakan satu kompetensi yang perlu dicapai melalui isi kurikulum matematika dan memiliki karkteristik yang khas. Untuk itu membutuhkan pendekatan khusus agar pencapaian kompetensi itu berjalan secara efektif. Mendukung pembelajaran pemecahan masalah ini, Polya (1957, Suherman dkk., 2001:84,91; Hudojo, 2005:134-140; dan Widyantini, 2008:12) mengajukan cara untuk memecahkan masalah, yaitu dengan tahapan-tahapan (1) memahami masalah, yakni perlu mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam masalah tersebut, (2) merencanakan cara penyelesaian, yaitu menentukan cara atau strategi yang dipakai untuk memecahkan masalah tersebut, (3) melaksanakan rencana pemecahan masalah, yaitu menggunakan strategi yang sudah dipilih untuk menyelesaikan masalah, dan (4) mengecek hasil pemecahan masalah, yaitu mengecek kebenaran hasil yang diperoleh.

Pemecahan masalah sebagai pendekatan pembelajaran merupakan upaya yang ditempuh dan diciptakan dalam proses pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah matematika, yang secara nyata dilakukan sehingga diperoleh jawaban yang benar melalui tahapan-tahapan tertentu. Garis besar tahapan tersebut menurut Polya adalah memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah, pemeriksaan hasil pemecahan masalah. Pemahaman masalah ditempuh dengan memahami semua fakta yang diberikan dan keterkaitannya, merencanakan pemecahan masalah dilakukan dengan melihat berbagai kemungkinan keterlibatan konsep dan menentukan konsep yang sesuai, melaksanakan pemecahan masalah menggunakan konsep dan aturan yang terkait, pemeriksaan proses dan hasil pemecahan dengan memperhatikan berbagai kemungkinan lain, seperti adanya jawaban yang sama dengan cara-cara yang berbeda atau adanya jawaban lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa proses pemecahan masalah merupakan sebuah upaya mencari solusi atau jalan keluar dari masalah yang diberikan tidak hanya membutuhkan strategi yang banyak ragamnya, tetapi harus memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi pemecah masalah yang baik. Penguasaan strategi sangat diperlukan karena setiap masalah membutuhkan satu atau beberapa strategi, yang sekaligus difungsikan untuk pemecahan satu masalah. Minat yang tinggi dan rasa percaya diri dalam melakukan pemecahan masalah sangat mendukung keberhasilan pemecahan masalah, selain pengalaman yang memadai dalam menggunakan berbagai strategi. Dalam pandangan pemecahan masalah, strategi merupakan trik khusus yang dapat memudahkan, menyederhanakan, memperjelas alur pemecahan masalah hingga diperoleh hasil pemecahan masalah.




























BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Proses pemecahan masalah merupakan sebuah upaya mencari solusi atau jalan keluar dari masalah yang diberikan tidak hanya membutuhkan strategi yang banyak ragamnya, tetapi harus memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi pemecah masalah yang baik. Penguasaan strategi sangat diperlukan karena setiap masalah membutuhkan satu atau beberapa strategi, yang sekaligus difungsikan untuk pemecahan satu masalah. Minat yang tinggi dan rasa percaya diri dalam melakukan pemecahan masalah sangat mendukung keberhasilan pemecahan masalah, selain pengalaman yang memadai dalam menggunakan berbagai strategi. Dalam pandangan pemecahan masalah, strategi merupakan trik khusus yang dapat memudahkan, menyederhanakan, memperjelas alur pemecahan masalah hingga diperoleh hasil pemecahan masalah.
Pemecahan masalah sebagai pendekatan pembelajaran merupakan upaya yang ditempuh dan diciptakan dalam proses pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah matematika, yang secara nyata dilakukan sehingga diperoleh jawaban yang benar melalui tahapan-tahapan tertentu.

3.2 SARAN
       Mungkin inilah yang diwacanakan meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan , karena penulis manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan penulis juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Semoga  tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Rabu, 19 Juni 2013

Mathematics Learning Problems



If you trace the history, mathematics has been born since 3000 BC when the ancient Egyptians and Babylonians began using arithmetic, algebra and geometry for the purposes of astronomy, building and construction, taxation and other financial matters. Systematization of mathematics being a science, has occurred in the days of ancient Greece between 600 and 300 BC. Since then mathematics began to grow wider, the interaction of mathematics with other fields such as science and technology are now evident. Now, math has become an essential tool in many ways. Almost every field of science and technology using mathematics. In such a reality, the mastery of mathematics to be a necessary condition in order to maintain existence in the era of the development of science and technology today.

           Learning mathematics formally generally begins in school. Meanwhile, mathematics in schools remains a daunting lesson for the students. Among the various factors that lead to this is the lack of a learning process fun and exciting. Models of learning that are often encountered in mathematics learning is the learning process patterned "teacher centered", ie teacher-centered learning. So the teacher becomes the main character and his presence becomes crucial. Learning to not be done without the presence of teachers. Students tend to be passive and did not play during the learning process. So the process that arises is "give and take". In stringing learning, teachers are generally familiar with the standard model, the learning starts from the formula, memorize it, and then applied to the sample questions.

          Such learning model does not provide space for students to make observations (observed), exploration (dig), inquiry (investigating), and other activities that enable them to engage and understand the real problem. Models such as this that lead to a collection of mathematical formulas like a scary, difficult to learn, and seem abstract.
Mathematics learning problems inexhaustible the talk among educators. Own mathematics learning problems can appear anywhere and by anyone.
This is caused by the mathematics itself is a pattern of human behavior as it is organized into a capital principles into math learning application.
So how to solve the problems we encountered when learning mathematics?
The principle of this study should be chosen so suited to the study of mathematics. Mathematics pertaining to abstract ideas given symbol-symbol is composed hierarchically and deductive reasoning, it is clear that learning mathematics is a high mental activity.
If we used to learn mathematics, our brain will learn to think in a coherent, structured and systematic. It is a mathematical certainty. Learning math early on, and enjoy the learning process, then we will be successful solve problems in mathematics learning.
Therefore an appropriate learning principles will need more or less solve the problems that arise when we learn mathematics.

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL



A. Pengertian Politik dan Strategi Nasional
1.Politik
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem negara dan bagaiman melaksanakan tujuan itu. Untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan, pembagian/alokasi sumber-sumber yang ada, dan diperlukan kekuasaan dan wewenang (authority) untuk membina kerjasama/penyelesaian konflik dalam proses pencapaian tujuan.
Politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan :
a.    Negara
Suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi dan ditaati oleh rakyatnya.
b.   Kekuasaan
Kemampuan seseorang/ kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang/ kelompok lain sesuai dengan keinginannya.
Dalam politik yang penting bagaimana memperoleh, mempertahankan, melaksanakan kekuasaan.
c.    Pengambilan Keputusan
Dalam politi perlu di perhatikan siapa dan untuk siapa keputusan tersebut.
d.   Kebijaksanaan Umum
Kumpulan keputusan yang diambil seseorang/kelompok politik dalam rangka memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
e.    Distribusi
Pembagian dan penjatahan nilai-nilai (value) dalam masyarakat.

2. Politik Nasional  : Asas, haluan, usaha, serta kebijaksanaan negara tentang   pembinaan serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

3. Strategi
Dari bahasa Yunani, strategia yang artinya  the art of the general (seni seorang panglima dalam peperangan).
Clausewitz : Strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan senjata untuk memenangkan peperangan. Perang merupakan kelanjutan dari politik.
Strategi :   a. Cara untuk mendapatkan  kemenangan / tercapainya suatu tujuan.
                            b.Seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan- kekuatan (ipoleksosbhudhankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Strategi Nasional :Cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan politik.
B.  Tahap-Tahap Pemikiran Strategi Nasional
1. Telaahan Strategi
Telaahan strategi adalah suatu kajian trhdp lingkungan akan yang akan berpengaruh kepada strategi yang akan ditempuh.Dalam menelaah lingkungan politik nasional ini perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut soal-soal :pembidangan,sasaran,pedoman pelaksanaan,sikap dan pendirian serta pengendalian perencanaan.
a.  Pembidangan: Politik nasional mencakup sector-sektor ideologi,politik,ekonomi,social budaya dan hankam.
b. Sasaran-sasaran masing-masing bidang ditentukan sehingga tujuan politik nasional dpt dicapai.
c.  Pedoman pelaksanaan yg mencakup:
1).Usaha pembiayaan.
2).Pengadaan,pengembangan,pengarahan sumber-sumber material,tenaga manusia dan  kekuatan immaterial.
3).Pengerahan usaha dan tindakan diantara sikap umum trhdp pengadaan modal,sikap dlm hal yg mengenai hamkamnas seperti system hamkamrata,memelihara perdamaian dunia dan lain sebagainya dg mengunakan prinsip-prinsip prioritasnya.
4).Penentuan periode wktu.
d. Sikap dan pendirian,mengariskan sikap dan pendirian thdp masalah-masalah nasional maupun international.
e.Pengendalian perencanaan dituangkan dlm strategi nasional.

2. Perkiraan Strategi Nasional
Langkah utama kearah formulasi suatu perkiraan nasional yg bersifat stategis berdasarkan hasil telaah stategis,yaitu melaksanakan analisis menurut urutan trtentu;menentukan sasaran-sasaran yg dipilih,dan cara bertindak menurut cara yg dipilih.Analisi secara beruntun ini adl prosedur yg disebut sbgai perkiraan strategi nasional.
Pada umumnya perkiraan strategi nasional terdiri dari :
   a. Mempelajari lingkungan
b. Pengembangan sasaran alternatif dan cara bertindak.
c. Analisis kekuatan
d. Batas waktu penilaian strategis
3 . Tingkat  Perencanaan
Untuk mencapai sasaran tersebut perlu disusun rencana dalam bentuk program-program yang meliputi:
a. perencanaan jangka panjang
b. perencanaan jangka menengah
c. perencanaan jangka pendek
4.  Angaran dan Pembiayaan
Suatu strategi nasional harus dikembangkan tanpa mengabaikan masalah anggaran,yaiti implikasi anggaran dlm hbnganya dg ekonomi nasional,dan keseluruhan prospek anggaran serta kebutuhan-kebutuhan yg prlu didahului persiapannya dlm menunjang program nasional.
5.  Data dan Informasi
   Pengumpulan data dan pengolahan data merupakan suatu keharusan dalam suatu administrasi dan manajement yang efisien dan menyeluruh didlm pencapaian sasaran. Data tidak lain dari bahan-bahan untuk mendapat informasi,/mengolah data,mengungkapkan informasi-informasi ttg factor intern dan ekstern yng didapat dari organisasi yang dinamis.

C.     Politik Pembangunan Nasional, Manajemen Nasional dan Implementasi Otonomi Daerah .
1. Politik Pembangunan Nasional
Politik nasional dewasa ini adalah politik pembangunan.Sebagaimana diketahui bahwa tugas yang diberikan oleh UUD 1945 kepada pemerintah Indonesia adalah pembangunan bangsa Indonesia.
2. Manajem Nasional
Manajemen nasional pada dasarnya merupakan sebuah system,oleh karena itu lebih tepat apabila kita menggunakan istilah system manajemen nasional.
Proses penyelenggaraanya meliputi siklus kegiatan berupa :
a. Perumusan kebijakan
b. Pelaksanaan kebijakan
c. Penilaian hasil kebijakan
Secara sederhana  dapat dikatakan bahwa unsur-unsur pokok system manajemen nasional dalam bidang ketatanegaraan meliputi :
a.Negara sebagai “organisasi kekuasaan”
b.Bangsa Indonesia sebagai “pemilik Negara”
c.Pemerintah sebagai “manajer atau pengelola negara’
d.Masyarakat sebagai unsur “penunjang dan pemakai”
Sejalan dg pokok pikiran diatas,maka unsure utama simenas secara structural tersususn atas 4 (empat) tatanan yaitu :
a.Tata Laksana Pemerintah (TLP)
b.Tata Administrasi Negara (TAN)
c.Tata Politik Nasional (TPN)
d.Tata Kehidupan Masyarakat (TKM)

D.    Perencanaan Pembangunan Nasional
1.   Pengertian
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
2.   Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
RPJP adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.
3.   Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL).
RPJM  adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun sedangkan Renstra-KL adalah dokumen perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
4.   Rencana Pembangunan Tahunan Nasional (RKP)
RKP adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.

E.     Implementasi Politik Dan Strategi Nasional
Implementasi Politik Strategi Nasional dalam Bidang Pembangunan Nasional Tahun 1999-2004.
· Peningkatan rasa saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat.
· Pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur.
· Peningkatan keamanan, ketertiban,dan penanggulangan kriminalitas.
· Pencegahan dan Penanggulangan Separatisme.
· Pencegahan dan Penanggulangan gerakan terorisme.
· Peningkatan kemauan pertahanan nasional.
· Pemantapan politik luar negeri dan Peningkatan kerjasama internasional.
· Pembenahan Sistem dan Politik Hukum.
· Penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk.
· Penghormatan, pengakuan, dan penegakan atas hukum dan HAM.
Garis-garis besar haluan Negara sebagai arah penyelenggaraan Negara bagai lembaga-lembaga tinggi segenap rakyat Indonesia, kaidah peleksanaannya sebagai berikut ;
1.   Presiden selaku pemewrintahan Negara, menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan Negara, berkewajiban untuk mengerhkan semua potensi dan kekuatan pemerintahan dalamel;aksanaakna dan mengendalikan pembangunan nasional.
2. Dewan perwakilan rakyat, mahkama agung, badan pemeriksa keuangan, dan dewan pertimbangan agung berkewajiban nmelaksankangaris-garis besar haluian negarasesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenagnya berdasarkan UUD 1945
3. Semua lembaga tinggi neghara berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan garis-garis besar haluan Negara dalam sidanh tahunan MPR, sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenagnya berdasarkan UUD 1945.
4. Garis-garis besar haluan Negara dalam pelaksanaannya dituangkan dalam program pembangunan negara 5 tahun (BAPENAS) yang membuat uraian kebijakan secara rinci terukur yang secara yuridis ditetapkan oleh prtesiden bersama MPR.
5. PROPENAS dirinci dalam rencana pembangunan tahunan (REPETA) yang membuat anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan ditetapkan presiden bersama MPR. 1) Visi dan Misi GBHN 1999 – 2004.

Visi politik dan strategi nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia perlu menerapkan misi berikut :
1. Pengamalan Pancasila secara konsisten.
2. Penekanan kedaulatan rakyat dalam segala aspek.
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari – hari.
4. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman masyarakat.
5. Perwujudan system hokum nasional

F.      Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan Perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI.
           Masalah otonomi daerah sekarang ini diatur dalam UU.No.32 TH 2004 tentang pemerintah daerah.Ketentuan tersebut mengantikan UU No,22 th 1999 yang mengatur hal yang sama.Hal ini sangat berbeda dengan  UU No.5 tahun 1974 yang sifatnya sangat sentralistis.
Otonomi daerah yang luas sebagaimana diatur dalam UU tersebut diberlakukan mulai tahun 2001.Persoalan yang sangat dirasakan terutama adalah adanya daerah-daerah tertentu yang potensi kekayaanya saanngat terbatas,sehingga mengalami kesulitan untuk membiayai penyelangaraan otonomi daerah.Oleh karena itu maka pemberian otonomi yg luas kepada daerah ,disamping merupakan peluang juga merupakan tantangan ,yaitu tantangan untuk bisa mandiri dalam membiayai penyelangaraan urusan pemerintah didaerah masing-masing.